Rabu, 30 November 2016

Perkembangan Fisik, Denetik, dan Lingkungan Peserta Didik



Perkembangan Fisik, Denetik, dan Lingkungan Peserta Didik

         Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik merupakan perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak dan sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain) dan perubahan dalam menggunakan tubuhnya (seperti: perkembangan keterampilan motorik dan seksual), serta kemampuan fisik (penurunan fungsi jantung, penglihatan, dan sebaginya).

 Implikasi Genetik dan Lingkungan Terhadap Pendidikan
Mc Devitt & Ormrod (2002) merekomendasikan beberapa hal penting yang dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetic dan lingkungan bagi perkembangan peserta didik, yaitu seperti berikut.
1.     Memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan individual anak.
2.     Menyadari bahwa sebenarnya faktor lingkungan memengaruhi setiap aspek perkembangan.
3.     Mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan.
Perkembangan Otak
Otak adalah sebuah sistem biologis manusia yang diciptakan Allah SWT, untuk mengindra dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya. Otak bukan sekedar suatu gumpalan keriput dalam tengkorak manusia, tetapi sesungguhnya otak menjalar keseluruh tubuh. Otak memanjang hingga keujung sum-sum tulang belakang, lalu dari sum-sum tulang belakang ini keluarlah rangkaian serabut sel darah biru, hingga berdirinya bulu pada kulit jika merasa takut, semuanya diatur oleh sistem saraf. Tak satu pun organ atau sel dalam tubuh kita yang lepas dari jangkauan otak (Mc Crane, 2003).
§  Masa Pubertas (10-14 Tahun)
Akhir usia sekolah, anak akan masuki masa yang disebut dengan “pubertas” (berasal dari bahasa Latin; “pubescere”, yang artinya rambut kemaluan), yaitu awal terjadinya pematangan seksual.biasanya anak perempuan 2 tahun lebih awal dalam memasuki masa pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki. Menurut beberapa ahli, perkembangan anak perempuan memasuki masa pubertasnya saat berusia 10 tahun, sedangkan anak laki-laki saat berusia 12 tahun.
Kematangan seksual ditandai dengan perubahan ciri-ciri seks primer (primery seks characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary seks characteristics).
a.     Perubahan Ciri-ciri Seks Primer
Ciri-ciri seks primer anak laki-laki ditunjukkan dengan pertumbuhan dari batang kemaluan (penis) dan kantung kemalauan (scrotum) yang terjadi sejak usia anak sekitar 12 tahun dan terjadi selama 5 tahun untuk penis dan 7 tahun untuk skrotum (Seifort dan Hoffnung, 1994). Pada scrotum terdapat 2 buah testis (buah pelir) yang bergantung di bawah penis. Testis ini sudah ada sejak anak dilahirkan tetapi hanya 10% dari ukuran matangnya, testis mencapai ukuran kematangannya saat anak berusia 20 atau 21 tahun.
Perubahan ini terjadi pada anak laki-laki dipengaruhi oleh hormon, terutama hormon perangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland), hormon ini merangsang testis sehingga menghasilkan hormon testoteron dan androgen serta spermatozoa (Sarwono, 1994). Sperma yang dihasilkan testis selama masa ini memungkinkan untuk mengadakan reproduksi untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, kadang-kadang saat anak laki-laki berusia 12 tahun kemungkinan mengalami penyemburan air mani (ejaculation of semen) mereka yang pertama atau yang sering disebut dengan mimpi basah.
Pada anak perempuan ini ditandai dengan munculnya menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali oleh anak perempuan. Terjadinya menstruasi pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengandung dan melahirkan. Menstruasi yang dialami anak perempuan sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung telur (ovarium). Ovarium terletak dalam rongga perut bagian bawah wanita, dekat dengan uterus, yang berfungsi memproduksi sel-sel telur (ovarium). Ovarium terletak dalam rongga perut bagian bawah wanita, dekat dengan uterus, yang berfungsi memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon estrogen dan progesterone. Hormon progesterone bertugas mematangkan dan mempersiapkan sel telur (ovum) sehingga siap untuk dibuahi. Sedangkan hormon estrogen adalah hormon yang memengaruhi sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang (pembesaran payudara dan pinggul, suara dan lain-lain). Hormon ini yang mengatur siklus haid (Sarwono, 1993). Ketika percepatan pertumbuhan mencapai puncaknya, maka ovarium, uterus, vagina, labia, dan klitoris berkembang pesat (Malina, 1990).

b.     Perubahan Ciri-ciri Seks Sekunder
Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak berhubungan secara langsung dengan proses reproduksi, tetapi merupakan tanda-tanda perbedaan antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Tanda-tanda jasmani yang terjadi pada anak laki-laki adalah tumbuhnya kumis dan janggut, jakun, bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu ketiak, dada, kaki dan lengan dan sekitar kemaluan serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan terlihat pada payudara dan pinggul membesar, suara menjadi halus, tumbuhn bulu diketiak dan di sekitar kemaluan.
      Mc Devitt dan Ormrod (2002) merekomendasikan beberapa hal penting yang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetic dan lingkungan bagi perkembangan peserta didik.

  1. Memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan individual anak.
  2.  Menyadari bahwa sebenarnya faktor lingkungan memengaruhi setiap aspek perkembangan.
  3.  Mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan.

semoga bermanfaat😀

Tidak ada komentar:

Posting Komentar