Perkembangan
Fisik, Denetik, dan Lingkungan Peserta Didik
Perkembangan fisik atau
yang disebut juga pertumbuhan biologis
(biological growth) merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan
individu. Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik merupakan
perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak dan sistem saraf,
organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain) dan
perubahan dalam menggunakan tubuhnya (seperti: perkembangan keterampilan
motorik dan seksual), serta kemampuan fisik (penurunan fungsi jantung,
penglihatan, dan sebaginya).
Implikasi
Genetik dan Lingkungan Terhadap Pendidikan
Mc Devitt & Ormrod
(2002) merekomendasikan beberapa hal penting yang dilakukan guru dalam
menyikapi pengaruh genetic dan lingkungan bagi perkembangan peserta didik,
yaitu seperti berikut.
1. Memahami
dan menghargai perbedaan-perbedaan individual anak.
2. Menyadari
bahwa sebenarnya faktor lingkungan memengaruhi setiap aspek perkembangan.
3.
Mendorong siswa menentukan
pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan.
Perkembangan Otak
Otak
adalah sebuah sistem biologis manusia yang diciptakan Allah SWT, untuk mengindra
dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya. Otak bukan
sekedar suatu gumpalan keriput dalam tengkorak manusia, tetapi sesungguhnya
otak menjalar keseluruh tubuh. Otak memanjang hingga keujung sum-sum tulang
belakang, lalu dari sum-sum tulang belakang ini keluarlah rangkaian serabut sel
darah biru, hingga berdirinya bulu pada kulit jika merasa takut, semuanya
diatur oleh sistem saraf. Tak satu pun organ atau sel dalam tubuh kita yang
lepas dari jangkauan otak (Mc Crane, 2003).
§ Masa Pubertas (10-14 Tahun)
Akhir usia sekolah, anak akan
masuki masa yang disebut dengan “pubertas” (berasal dari bahasa Latin; “pubescere”, yang artinya rambut
kemaluan), yaitu awal terjadinya pematangan seksual.biasanya anak perempuan 2
tahun lebih awal dalam memasuki masa pubertas dibandingkan dengan anak
laki-laki. Menurut beberapa ahli, perkembangan anak perempuan memasuki masa
pubertasnya saat berusia 10 tahun, sedangkan anak laki-laki saat berusia 12
tahun.
Kematangan seksual ditandai dengan
perubahan ciri-ciri seks primer (primery
seks characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary seks characteristics).
a.
Perubahan
Ciri-ciri Seks Primer
Ciri-ciri seks primer
anak laki-laki ditunjukkan dengan pertumbuhan dari batang kemaluan (penis) dan kantung kemalauan (scrotum) yang terjadi sejak usia anak
sekitar 12 tahun dan terjadi selama 5 tahun untuk penis dan 7 tahun untuk
skrotum (Seifort dan Hoffnung, 1994). Pada scrotum terdapat 2 buah testis (buah
pelir) yang bergantung di bawah penis. Testis ini sudah ada sejak anak
dilahirkan tetapi hanya 10% dari ukuran matangnya, testis mencapai ukuran
kematangannya saat anak berusia 20 atau 21 tahun.
Perubahan
ini terjadi pada anak laki-laki dipengaruhi oleh hormon, terutama hormon
perangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland), hormon
ini merangsang testis sehingga menghasilkan hormon testoteron dan androgen
serta spermatozoa (Sarwono, 1994). Sperma yang dihasilkan testis selama masa
ini memungkinkan untuk mengadakan reproduksi untuk pertama kalinya. Oleh karena
itu, kadang-kadang saat anak laki-laki berusia 12 tahun kemungkinan mengalami
penyemburan air mani (ejaculation of
semen) mereka yang pertama atau yang sering disebut dengan mimpi basah.
Pada
anak perempuan ini ditandai dengan munculnya menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama
kali oleh anak perempuan. Terjadinya menstruasi pertama ini memberi petunjuk
bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang, sehingga memungkinkan
mereka untuk mengandung dan melahirkan. Menstruasi yang dialami anak perempuan
sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung telur (ovarium). Ovarium terletak
dalam rongga perut bagian bawah wanita, dekat dengan uterus, yang berfungsi
memproduksi sel-sel telur (ovarium). Ovarium terletak dalam rongga perut bagian
bawah wanita, dekat dengan uterus, yang berfungsi memproduksi sel-sel telur
(ovum) dan hormon estrogen dan progesterone. Hormon progesterone bertugas
mematangkan dan mempersiapkan sel telur (ovum) sehingga siap untuk dibuahi.
Sedangkan hormon estrogen adalah hormon yang memengaruhi sifat-sifat kewanitaan
pada tubuh seseorang (pembesaran payudara dan pinggul, suara dan lain-lain).
Hormon ini yang mengatur siklus haid (Sarwono, 1993). Ketika percepatan
pertumbuhan mencapai puncaknya, maka ovarium, uterus, vagina, labia, dan
klitoris berkembang pesat (Malina, 1990).
b.
Perubahan
Ciri-ciri Seks Sekunder
Ciri-ciri
seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak berhubungan secara
langsung dengan proses reproduksi, tetapi merupakan tanda-tanda perbedaan
antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Tanda-tanda jasmani yang terjadi
pada anak laki-laki adalah tumbuhnya kumis dan janggut, jakun, bahu dan dada
melebar, suara berat, tumbuh bulu ketiak, dada, kaki dan lengan dan sekitar
kemaluan serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan terlihat pada
payudara dan pinggul membesar, suara menjadi halus, tumbuhn bulu diketiak dan
di sekitar kemaluan.
Mc Devitt dan Ormrod (2002) merekomendasikan beberapa hal
penting yang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetic dan
lingkungan bagi perkembangan peserta didik.
- Memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan individual anak.
- Menyadari bahwa sebenarnya faktor lingkungan memengaruhi setiap aspek perkembangan.
- Mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan.
semoga bermanfaat😀
Tidak ada komentar:
Posting Komentar