Kamis, 01 Desember 2016

Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik



Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik


Anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru atau negatif, ditambah dengan lingkungan yang kurang mendukung cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini adalah karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami dan yang ia dapatkan dari lingkungannya.  Jika lingkungannya memberikan sikap baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga perkembangan konsep diri yang positif.
1.     Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah Dasar
Mc Devitt dan ormrod (2002), memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan konsep diri anak usia SD ( usia 6-12 tahun), sebagai berikut.
Research indicates that children’s self-concept sometimes drop soon after they begin elementary school, probably as a result of the many new academic and social challenges that school present. Elementary shool gives chidren many occasions to compare their performance with that of peers, and so their self-assesment gradually become more realistic. Yet this comprative approach inevitably creates “winner” and “losers”. Children who routinely find themselves at the bottom of the heap must do some fancy footwork to keep their self-esteem intact. Often, they focus on performance areas in which they misalnyacel (e, g sport, sosial relationship, or hobbies) and discount areas that give them trouble (e, g “Reading is dumb”). Perhaps  because they have so many domains and misalnyaperiences to consider as they look for strengths in their own performances, most children maintain fairly high and stable self-esteem during the elementary school years.
Kutipan diatas memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan dalam konsep diri anak usia SD. Awal-awal masuk sekolah dasar, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan oleh tuntutan baru dalam akademik dan perubahan sosial yang muncul disekolah. SD banyak memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk membandingkan dirinya dengan teman-teman nya, sehingga penilaian dirinya secara gradual menjadi lebih realistis.
Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan konsep diri anak selama tahun-tahun sekolah dasar dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik konsep diri berikut.
a)        Karakteristik Internal. Berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak usia sekolah dasar lebih memahami dirinya melalui karakter internal dirinya melalui karakteristik eksternal. Sehubungan dengan hal ini, Mc Deviit dan Ormrod (2002) menulis : young children tend to define themselves in terms of misalnya ternal and concrete characteristic. As they grow older, they begin to define themselvesmore in terms of internal and abstract characteristic.
b)       Karakteristik aspek sosial. Selama tahun-tahun sekolah dasar, aspek sosial dari pemahaman dirinya juga meningkat dalam suatu investigasi, anak-anak SD sering kali menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi diri mereka (Livesly dan Bromley, 11983).
c)        Karakteristik perbandingan sosial. Pemahaman diri anak-anak usia sekolah dasar  juga mengacu pada perbandingan sosial (social comparison). Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain, secara komparatif daripada secara absolut.

Sejumlah ahli psikologi perkembangan percaya bahwa dalam perkembangan pemahaman diri, pengambilan perspektif kemampuan untuk mengambil perspektif orang lain dan memahami pemikiran dan pemikiran dan perasaanya memainkan perasaan yang penting. Robert Selman (dalam Santrock, 1995) misalnya, percaya bahwa pengambilan perspektif melibatkan suatu rangkaian yang terdiri atas lima tahapan, yang berlangsung dari usia 3 tahun hingga masa remaja. Selman mencatat bahwa egosentrisme mulai mengalami kemunduran pada usi 4 tahun, dan pada usia 6 tahun anak menyadari bahwa pandangan orang lain berbeda dari pandangannya sendiro dan pandangan orang lain secara bersamaan. Akan tetapi, sejumlah peniliti tdak setuju dengan tingkatan-tingkatan usia Selman yang mengaitkan perubahan-perubahan dalam kemampuan pengambilan peran.
Tabel Tahap-Tahap Pengambilan Perspektif
Tahap pengambilan perspektif
Usia
Deskripsi
Perspektif yang egosentris
3-6 tahun
Anak merasakan adanya perbedaan dengan orang lain, tetapi belum mampu membedakan antara perspektif sosial (pemikiran,perasaan) orang lain dan perspektif diri sendiri. Anak dapat menyebutkan perasaan orang lain, tetapi tidak melihat hubungan sebab dan akibat pemikiran dan tindakan sosial
Pengambilan perspektif sosial internasional
6-8 tahun
Anak sadar bahwa orang lain memiliki suatu perspektif sosial yang didasarkan atas pemikirin orang itu, yang mungkin sama atau berbeda dengan pemikirannya. Tetapi, anak cenderung berfokus pada perspektif sendiri dan bukan mengkoordinasikan sudut pandang
Pengambilan keputusan diri reflektif
8-10 tahun
Anak sadar bahwa setiap orang sadar akan perspektif orang lain dan bahwa kesadaran ini memengaruhi pandangan dirinya dan pandangan orang lain. Menempatkan diri sendiri ditempat orang lain merupakan suatu cara untuk menilai maksud, tujuan dan tindakan orang lain. Anak dapat membentuk suatu mata rantai perspektif yang terkoordinasi tetapi tidak dapat mengabstraksikan proses-proses ini pada tingkat timbal secara serentak
Saling mengambil perspektif
10-12 tahun
Anak remaja menyadari bahwa baik diri sendiri maupun orang lain dapat memandang satu sama lain secara timbal balik dan secara serentak subjek. Anak remaja dapat melangkah keluar dari kedua orang tua itu dan memandang interaksi dari perspektif orang ketiga
Pengambilan perspektif
12-15 tahun
Anak remaja menyadari pengambilan perspektif bersama tidak selalu menghasilkan pemahaman yang sempurna. Konvensi sosial dilihat sebagai sesuatu yang penting karena dipahami oleh semua anggota kelompok, tanpa memandang posisi, peran, atau pengalaman mereka

Menurut sejumlah ahli lain, anak-anak usia 6 tahun mampu memahami perspektif orang lain. Penelitian lain mencatat bahwa seseorang yang  berusia sama belum bisa diasosiasikan dengan masing-masing tingkat, sebab kemampuan anak dalam pengambilan peran mungkin berfluktuasi dari suatu waktu ke waktu lain (Maccoboy, 1980). Demikian juga, anak yang memahami perspektif oranglain yang familiar dalam situasi yang familiar, mungkin kurang mampu dalam memahami orang atau situasi yang tidak familiar (Flapan, 1968).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar