Karakteristik
Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
Anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang
keliru atau negatif, ditambah dengan lingkungan yang kurang mendukung cenderung
mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini adalah karena anak cenderung
menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami dan yang ia dapatkan dari
lingkungannya. Jika lingkungannya
memberikan sikap baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya berharga,
sehingga perkembangan konsep diri yang positif.
1.
Karakteristik
Konsep Diri Anak Usia Sekolah Dasar
Mc Devitt dan ormrod (2002), memberikan
gambaran tentang perubahan-perubahan konsep diri anak usia SD ( usia 6-12
tahun), sebagai berikut.
Research
indicates that children’s self-concept sometimes drop soon after they begin
elementary school, probably as a result of the many new academic and social
challenges that school present. Elementary shool gives chidren many occasions
to compare their performance with that of peers, and so their self-assesment
gradually become more realistic. Yet this comprative approach inevitably
creates “winner” and “losers”. Children who routinely find themselves at the
bottom of the heap must do some fancy footwork to keep their self-esteem
intact. Often, they focus on performance areas in which they misalnyacel (e, g
sport, sosial relationship, or hobbies) and discount areas that give them
trouble (e, g “Reading is dumb”). Perhaps
because they have so many domains and misalnyaperiences to consider as
they look for strengths in their own performances, most children maintain
fairly high and stable self-esteem during the elementary school years.
Kutipan diatas
memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan dalam konsep diri anak usia SD.
Awal-awal masuk sekolah dasar, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-anak.
Hal ini mungkin disebabkan oleh tuntutan baru dalam akademik dan perubahan
sosial yang muncul disekolah. SD banyak memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk membandingkan dirinya dengan teman-teman nya, sehingga penilaian dirinya
secara gradual menjadi lebih realistis.
Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan konsep
diri anak selama tahun-tahun sekolah dasar dapat dilihat sekurang-kurangnya
dari tiga karakteristik konsep diri berikut.
a)
Karakteristik
Internal. Berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak usia
sekolah dasar lebih memahami dirinya melalui karakter internal dirinya melalui
karakteristik eksternal. Sehubungan dengan hal ini, Mc Deviit dan Ormrod (2002)
menulis : young children tend to define
themselves in terms of misalnya ternal and concrete characteristic. As they
grow older, they begin to define themselvesmore in terms of internal and
abstract characteristic.
b) Karakteristik aspek sosial. Selama
tahun-tahun sekolah dasar, aspek sosial dari pemahaman dirinya juga meningkat
dalam suatu investigasi, anak-anak SD sering kali menjadikan kelompok-kelompok
sosial sebagai acuan dalam deskripsi diri mereka (Livesly dan Bromley, 11983).
c)
Karakteristik
perbandingan sosial. Pemahaman diri anak-anak usia sekolah
dasar juga mengacu pada perbandingan
sosial (social comparison). Pada
tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang
lain, secara komparatif daripada secara absolut.
Sejumlah ahli psikologi perkembangan percaya bahwa
dalam perkembangan pemahaman diri, pengambilan perspektif kemampuan untuk
mengambil perspektif orang lain dan memahami pemikiran dan pemikiran dan
perasaanya memainkan perasaan yang penting. Robert Selman (dalam Santrock,
1995) misalnya, percaya bahwa pengambilan perspektif melibatkan suatu rangkaian
yang terdiri atas lima tahapan, yang berlangsung dari usia 3 tahun hingga masa
remaja. Selman mencatat bahwa egosentrisme mulai mengalami kemunduran pada usi
4 tahun, dan pada usia 6 tahun anak menyadari bahwa pandangan orang lain
berbeda dari pandangannya sendiro dan pandangan orang lain secara bersamaan. Akan
tetapi, sejumlah peniliti tdak setuju dengan tingkatan-tingkatan usia Selman
yang mengaitkan perubahan-perubahan dalam kemampuan pengambilan peran.
Tabel Tahap-Tahap
Pengambilan Perspektif
Tahap pengambilan
perspektif
|
Usia
|
Deskripsi
|
Perspektif yang
egosentris
|
3-6 tahun
|
Anak merasakan
adanya perbedaan dengan orang lain, tetapi belum mampu membedakan antara
perspektif sosial (pemikiran,perasaan) orang lain dan perspektif diri sendiri. Anak dapat
menyebutkan perasaan orang lain, tetapi tidak melihat hubungan sebab dan
akibat pemikiran dan tindakan sosial
|
Pengambilan
perspektif sosial internasional
|
6-8 tahun
|
Anak sadar bahwa
orang lain memiliki suatu perspektif sosial yang didasarkan atas pemikirin
orang itu, yang mungkin sama atau berbeda dengan pemikirannya. Tetapi, anak
cenderung berfokus pada perspektif sendiri dan bukan mengkoordinasikan sudut
pandang
|
Pengambilan
keputusan diri reflektif
|
8-10 tahun
|
Anak sadar bahwa
setiap orang sadar akan perspektif orang lain dan bahwa kesadaran ini
memengaruhi pandangan dirinya dan pandangan orang lain. Menempatkan diri
sendiri ditempat orang lain merupakan suatu cara untuk menilai maksud, tujuan
dan tindakan orang lain. Anak dapat membentuk suatu mata rantai perspektif
yang terkoordinasi tetapi tidak dapat mengabstraksikan proses-proses ini pada
tingkat timbal secara serentak
|
Saling
mengambil perspektif
|
10-12 tahun
|
Anak remaja
menyadari bahwa baik diri sendiri maupun orang lain dapat memandang satu sama
lain secara timbal balik dan secara serentak subjek. Anak remaja dapat
melangkah keluar dari kedua orang tua itu dan memandang interaksi dari
perspektif orang ketiga
|
Pengambilan
perspektif
|
12-15 tahun
|
Anak remaja
menyadari pengambilan perspektif bersama tidak selalu menghasilkan pemahaman
yang sempurna. Konvensi sosial dilihat sebagai sesuatu yang penting karena
dipahami oleh semua anggota kelompok, tanpa memandang posisi, peran, atau
pengalaman mereka
|
Menurut sejumlah ahli lain,
anak-anak usia 6 tahun mampu memahami perspektif orang lain. Penelitian lain
mencatat bahwa seseorang yang berusia
sama belum bisa diasosiasikan dengan masing-masing tingkat, sebab kemampuan
anak dalam pengambilan peran mungkin berfluktuasi dari suatu waktu ke waktu
lain (Maccoboy, 1980). Demikian juga, anak yang memahami perspektif oranglain
yang familiar dalam situasi yang familiar, mungkin kurang mampu dalam memahami
orang atau situasi yang tidak familiar (Flapan, 1968).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar