Secara filosofis, Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya misalnya
materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain-lain
paham filsafat di dunia.
1. Dasar Antologis Sila-sila
Pancasila
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang
memiliki hakikat mutlakmonopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga
disebut sebagai dasar antropologis. Subjek
pokok pendukung sila-sila Pancasila adalah manusia.
2. Dasar Epistemologis Sila-sila
Pancasila
Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu sistem pengetahuan.
Kalau manusia merupakan basis ontologi Pancasila maka dengan demikian
mempunyai implikasi terhadap bangunan epistemologis dari Pancasila. Terdapat
tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologis, yaitu : pertama tentang sumber pengetahuan
manusia, kedua tentang teori kebenaran
pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia.
Pancasila mendasarkan pada
pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena
harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas
religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak
dalam hidup manusia.
3. Dasar Aksiologis Sila-sila
Pancasila
Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa
saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Menurut
Notonegoro, nilai-nilai tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Nilai Material : segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
b. Nilai Vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu
aktivitas atau kegiatan.
c. Nilai Kerohanian : segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia yang dapat
dibedakan atas empat tingkatan sebagai berikut :
– Nilai kebenaran : nilai yang bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta
manusia.
– Nilai keindahan/estetis : nilai yang bersumber pada perasaan manusia.
– Nilai kebaikan/moral : nilai yang bersumber pada unsur kehendak (will, wollen,karsa) manusia
– Nilai religius : nilai kerohanian tertinggi dan bersifat mutlak yang berhubungan
dengan kepercayaan dan keyakinan manusia serta bersumber pada wahyu Tuhan Yang
Maha Esa.
1. Materialisme
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan
bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Dengan kata lain
Materialisme merupakan paham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak
ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
1. Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan
sendirinya dari khaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang
mengatur bukan lagi kacau balau namanya.
2. Materialisme menerangkan bahwa
segala peristiwa diatur oleh hukum alam. padahal pada hakekatnya hukum alam ini
adalah perbuatan rohani juga.
3. Materialisme mendasarkan
segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. padahal dalil
itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.
4. Materialisme tidak sanggup
menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.
2. Liberalisme
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan
filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan
dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang
bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme
menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.
3. Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah
segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada
akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan
demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan
bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.
4. Komunisme
Komunisme adalah :
1. Paham yang menganut ajaran Karl Marx yang
bercita-cita menghapus hak milik perseorangan dan mengganti hak milik secara
bersama (dikontrol pemerintah).
2. Religi berasal dari kata religie (bahasa Belanda) atau religion (bahasa Inggris), masuk dalam
perbendaharaan bahasa Indonesia dibawa oleh orang-orang Barat yang menjajah
bangsa Indonesia. Sedangkan isme dapat diartikan sebagai paham. Religiusisme
mempunyai pengertian sebagai paham atau keyakinan akan adanya kekuatan gaib
yang suci, menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia yang
dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya
dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan yang
telah ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut.
3. “Utilitarianisme” berasal dari
kata Latin, utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan
adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat tersebut harus menyangkut bukan
saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi,
utilitarianisme berdasar pada hasil atau konsekuensi dari suatu kegiatan atau
tindakan yang dilakukan (a consequently approach).
4. Sosialisme adalah paham yang bertujuan membentuk
negara kemakmuran dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik
perseorangan.
5. Kata kapitalisme berasal dari capital yang berarti
modal, dengan yang dimaksud modal adalah alat produksiseperti misal tanah, dan
uang. Dan kata isme berarti suatu paham atau ajaran. Jadi arti kapitalisme itu
sendiri adalah suatu ajaran atau paham tentang modal atau segala sesuatu
dihargai dan diukur dengan uang.
5. Idealisme
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas
ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa.
1. Adanya suatu teori bahwa alam
semesta beserta isinya adalah suatu penjelmaan pikiran.
2. Untuk menyatakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu
pikiran dan aktivitas-aktivitas pikiran.
3. Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala pisikis
seperti pikiran-pikiran, diri, roh, ide-ide, pikiran mutlak, dan lain
sebagainya dan bukan berkenaan dengan materi.
4. Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis).
Materi dalam bentuk fisik tidak ada.
5. Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada.
dunia eksternal tidak bersifat fisik.
Sumber: Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar