Manusia sebagai makhluk sosial dan
berbudaya pada dasarnya dipengaruhi oleh nilai-nilai kemanusiaan. Nilai
tersebut berupa: etika yang erat hubungannya dengan moralitas, maupun estetika
yang berhubungan dengan keindahan. Dalam realitas sosial, pengembangan
supremasi hukum sangat tergantung pada empat komponen, yaitu (a) materi hukum,
(b) sarana prasarana hukum, (c) aparatur hukum, dan (d) budaya hukum
masyarakat. Tatkala terjadi dilema antara antara materi hukum , konflik
diantara penegak hukum, kurangnya sarana dan prasarana hukum, serta rendahnya
budaya hukum masyarakat, maka setiap orang (masyarakat dan aparatur hukum)
harus mengembalikan pada rasa keadilan hukum masyarakat, artinya harus
mengutamakan moralitas masyarakat. Demikian pula dalam pengembangan estetika
yang akan terjadi menjadi wujud budaya masyarakat sangat mungkin terjadi dilema
dan benturan dengan nilai etika.
Membicarakan mengenai manusia, maka akan
muncul berbagai macam pertanyaan. Apa itu manusia? Apa beda manusia dengan
makhluk-makhluk yang lain? Apa nilai-nilai kemanusiaan itu dari berbagai macam
definisi manusia. Ada definisi yang memandangnya dari segi fisiologis ada juga
yang memandangnya dari segi sosiologi. Dari segi fisiologis bahwa manusia itu
makhluk yang mempunya fisik hampir sama dengan hewan , hewan punya kepala, maka
manusia punya kepala. Hewan punya telinga maka manusia punya telinga. Hewan
punya kaki, maka manusia pun punya kaki. Dari segi fisiologis bisa dikatakan
tidak ada beda antara manusia dengan hewan. Jika kita mendefinisikan manusia
hanya dari segi fisiologis saja, maka kita akan dibuat kebingungan. Di antara
manusia itu saja terjadi perbedaan bentuk fisik. Ada yangt gendut, kurus dan
ada yang langsing. Ada yang bisa melihat dan ada yang (maaf) buta. Jika terjadi
perbedaan seperti itu, maka mana yang pantas disebut sebagai manusia? Maka dari
itu, kita harus mendefinisikan manusia kembali dengan sudut pandang lainnya.
Definisi manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dan dianugerahi-Nya
akal, hati dan fisik. Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal. Maka
ada yang berpendapat bahwamanusia itu hewan yang berakal. Karena dari segi
fisik memang tidak ada beda dengan hewan tapi yang membedakannya adalah akal.
Nilai-nilai kemanusiaan adalah suatu hal
yang dapat memanusiakan manusia atau bisa dikatakan juga kembali kepada fitrah
manusia , itulah nilai-nilai kemanusiaan. Fitrah manusia adalah punya sisi baik
dan sisi buruk. Tetapi kita juga jangan lupa bahwa manusia itu juga punya
fitrah/kecenderungan untuk menyempurnakan diri bagaimana manusia menyempurnakan
dirinya? Manusia dalam proses penyempurnaan diri itu membutuhkan yang namanya
pengetahuan. Pengetahuan yang dimilikinya itulah yang akan menentukan apakah
proses penyempurnaan diri yang dia lakukan itu memang sudah benar-benar
sempurna ataukah belum. Pengetahuan seperti apa yang betul?
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa
agama Islam adalah agama langit yang kemudian "membumi". Ketika masih
di-"langit" islam adalah agama yang sempurna dan mutlak benar, tetapi
ketika "membumi", maka ia mengalami proses pembudayaan atau pergumulan
budaya di mana ada peran manusia yang tidak sempurna sehingga sebagai agama
bumi Islam tidak lagi sebagai agama mutlak yang benar, tetapi memiliki variasi
tingkat kedekatan dengan kebenaran. Dengan demikian, maka ada kebudayaan Islam
yang dekat dengan syariat (budaya syar'iy) di samping ada kebudayaan yang hanya
merupakan sempalan saja dari Islam, karena ia lebih dekat ke kebudayaan lokal
setempat. Di sisi lain, ada kebudayaan umat Islam yang malah tidak ada
relevansinya dengan Islam.
Sumber:
Tumanggor, Rusmin,
dkk. 2014. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Grup
Semoga Bermanfaat😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar